Sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api Paling Lengkap

Peristiwa Bandung Lautan Api

Sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api Paling Lengkap

Bandung Lautan Api adalah peristiwa penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, di mana rakyat dan tentara membakar kota Bandung agar tidak jatuh ke tangan pasukan Sekutu dan Belanda (NICA). Peristiwa heroik ini terjadi pada tanggal 23 Maret 1946 dan dianggap sebagai langkah strategis karena pada saat itu Tentara Republik Indonesia (TRI) dan rakyat Bandung tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk melawan pasukan musuh yang dilengkapi dengan peralatan militer modern.

Peristiwa ini dimulai dengan kedatangan pasukan Sekutu yang tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies). Jenderal Sir Philip Christison, yang memimpin AFNEI, awalnya mengakui kekuasaan Republik Indonesia secara De facto pada 1 Oktober 1945. Pengakuan ini dimaksudkan untuk menenangkan rakyat Indonesia dan menyembunyikan niat sebenarnya, yaitu untuk membantu pasukan Belanda kembali menguasai wilayah tersebut.

Pasukan Sekutu diperbolehkan memasuki kota Bandung oleh pemerintah pusat di Jakarta pada 12 Oktober 1945. Mereka tiba di stasiun Bandung dengan pengawalan ketat dari TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Kehadiran mereka disambut oleh pejabat daerah dan rakyat dengan membawa bendera merah putih. Pasukan Sekutu kemudian ditempatkan di beberapa bangunan di Bandung Utara dan beberapa hotel di Bandung Selatan, seperti Hotel Savoy Homann, Hotel Preanger, dan Hotel Braga.

setelah menduduki Bandung, terbukti bahwa Jenderal Sir Philip Christison melanggar janjinya. Pasukan Belanda yang mengenakan seragam Sekutu mulai berkeliaran di kota, memicu ketegangan dengan provokasi bersenjata. Untuk memperkuat posisinya, Sekutu mengeluarkan ultimatum pada 29 November 1945 yang membagi Bandung menjadi dua wilayah, utara dan selatan, dengan batas rel kereta api. Penduduk di wilayah utara pun mulai mengungsi ke bagian selatan Bandung.

Para pejuang Indonesia merespon dengan mendirikan pos-pos gerilya di berbagai tempat, dan pertempuran kecil terjadi sepanjang bulan Desember 1945 hingga awal tahun 1946. Puncaknya, pada bulan Maret 1946, Sekutu mengeluarkan ultimatum baru kepada Perdana Menteri Syahrir, memerintahkan rakyat Bandung untuk meninggalkan kota dalam radius sebelas kilometer.

Kolonel A.H. Nasution, sebagai Komandan Divisi III TRI, memerintahkan evakuasi wilayah selatan Bandung pada tanggal 23 Maret 1946. Proses evakuasi ini disertai dengan pembakaran gedung-gedung penting agar tidak dapat digunakan oleh pasukan Sekutu sebagai markas militer. Dalam peristiwa ini, terjadi pertempuran besar di Desa Dayeuhkolot, di mana terdapat gudang amunisi milik Sekutu. Mohammad Toha dan Moh. Ramdan, dua anggota milisi Barisan Rakyat Indonesia (BRI), berhasil meledakkan gudang tersebut dengan dinamit, meskipun keduanya gugur dalam aksi tersebut.

Pada malam itu, Bandung bagian selatan telah dikosongkan dari penduduk dan TRI, sementara kota terbakar hebat dan tampak seperti lautan api. Peristiwa ini dikenang sebagai simbol perlawanan dan pengorbanan besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *